Kamis, 29 Maret 2018

Ustadz Syafiq basalamah: Cinta seorang Ibu kepada Anaknya

Ustadz Syafiq Riza Basalamah ditanya, "Ustadz, bagaimana cara agar saya yang di Jakarta, tetap bisa bermuamalah baik kepada orangtua saya yang tinggal di Bogor?"

Ustadz pun menjawab ringan diselipi senyum dan canda khasnya..

"Ya akhi.. ana ini orang jember mau tanya ke hadirin, di Jakarta ada kereta gaks? Cepat kan ya akhi perjalanan kereta ? Ada kan

kereta-nya yaa masya Allah.. Naik kereta kan bisa ya akhi.. nggak kayak dulu harus naik Unta.. lama sampainya.. "

Jama'ah pun tertawa. Intinya saya mencatat kendala jarak dan waktu jangan sampai menjadi kita tidak birrul walidayn (berbakti pada kedua orangtua) dan menjadi bangkai hidup.

Tak bebeberapa detik kemudian, mendadak wajah Ustadz berubah. beliau tertunduk. Saya yang duduk dibarisan depan tepatnya arah jam 1 melihat dengan jelas beliau merapihkan kertas-kertas tanya jawab yg menumpuk menutupi kitab ustadz dan terlihat matanya berkaca-kaca, sambil tertunduk seakan (ingin menutupi kondisi beliau) namun akhirnya beliau pun angkat bicara dengan suara parau.
Cinta seorang Ibu kepada Anaknya
ilustration
"Ana mau cerita kisah nyata yang ana dengar dari syaikh saat menuntut ilmu di Madinah. Semoga ana dan antum semua yg hadir bisa mendapat ibrah (pelajaran) & faidah.dari kisah ini."

Sepasang suami istri, telah menikah 21 tahun lamanya, namun suami ini jarang sekali mengunjungi ibu-nya sendiri kecuali hanya pada hari raya saja.

Di suatu malam istri bertanya,

"Wahai Suamiku, tidak inginkah kau keluar malam ini dengan seorang wanita?"

 Suami terkejut.

"Bersama seorang wanita? Apa maksudmu? Aku tak mengerti?

Sang istri berkata, "iya, Seorang wanita, Ibu-mu… Ibu-mu, wahai suamiku..". Si suami terheran dan terdiam, merenungkan dan menyadari bahwa selama ini ia tak memiliki waktu khusus dengan ibunya. Terlebih di usia 40 tahun ini ia sibuk dgn istri , keluarga dan pekerjaannya. Ia pun segera menelpon ibu-nya, hanya untuk mengajak makan malam bersama. Saat si anak mengutarakan keinginannya, ibu-nya terheran-heran dan bingung.

"Ada apa anakku? Apa yang terjadi?
Ada apa dengan istri & anak2mu?
Ada apa? Kenapa tiba-tiba mengajakku pergi?"

"Tidak ibu, istri & anak-anaku baik, pekerjaan ku juga lancar dan tidak ada apa-apa, sungguh bu tidak ada apa-apa. Begini Ibu… Aku hanya ingin mengajak ibu makan malam. Bagaimana bu ? bisa yaa"

Di ujung telepon, sang ibu sangat terharu. Karena setelah sekian lama, akhirnya ia memiliki waktu khusus bersama puteranya seperti tak kala dahulu menyusui, mendidik dan mengantar puteranya sekolah.

Sore itu juga putera nya menuju rumah sang ibu, sesampai di rumah ibunya, terlihat dengan jelas ibunya sudah berdiri di depan pintu rumah dengan pakaian rapih senyum yang tulus menyambut puteranya tercintanya. Sangat terlihat bahwa ibu-nya tak ingin terbuang waktunya barang sedetikpun.

Setelah salam keduanya menuju mobil dan masuklah ke dalam mobil, senyum kebahagiaan terus terlihat jelas dipipi sang ibu, sepanjang perjalananpun sang ibu memperhatikan puteranya dan tersenyum kepada puteranya hingga berkatalah,

Ibu "Nak, ibu sangat berbahagia sekali malam ini .. terimakasih ya nak….."

Puteranya pun membalasnya,

"sama bu begitu juga aku, bu..", sambil mencium tangan sang ibu.

Lalu mereka pun berangkat menuju restoran.

Setelah tiba di restoran keduanya duduk dan tak berapa lama makanan telah terhidang. Si ibu menuangkan minuman ke gelas anaknya dan sesekali menyuapkan hidangan ke mulut anaknya demikian seterusnya episode kasih sayang ibu dan anak berlanjut. Si Ibu seakan tak ingin melewatkan waktu terbuang sedikitpun. Sungguh tampak sekali kerinduan dan kasih sayang yang (mungkin) tak dimiliki oleh istrinya sekalipun.

Dilanjutkan oleh ustadz bahwa singkat cerita, tak lama beberapa pekan dari makan malam tersebut, sang ibunda pun meninggal dunia… Inna lillahi wa inna ilayhi rojiun.

Masya Allah … Qodarallah .Pertemuan makan malam itu adalah keberkahan terakhir bagi si anak dan ibunya. Si anak menyesali diri akan yang telah di perbuatnya selama ini. Ya itulah malam terakhir , sungguh episode hidup yang memang diatur oleh Allah jalla Jalaluhu. Kenyataan yang harus di terima dengan keihklasan dan dengan mengharap kepada Allah atas Mahabbah(Cinta), Al-Khauf (Takut) dan Ar-Rajaa' (Harap) serta Ashma Wasshifat Allah, si anak berdoa agar Allah jalla jalaluhu menempatkan ibunda tercinta di sisi-Nya.

Beberapa hari setelah kepergian sang ibu, si anak mendadak dihubungi oleh seseorang yang mengaku sebagai manager dari salah satu restoran.

"Assalamu'alaikum, apakah benarAnda bernama fulan bin fulan? ,

Naam benar, itu nama saya,.. jawab si anak". "Bapak, Anda dan sekeluarga diundang oleh seseorang untuk makan malam nanti di restoran kami," ujar manager restoran tersebut.

"Oh begitu..sambil keheranan, Kalau boleh tahu, siapa yang mengundang ya, pak?" ujarnya dengan keheranan.

"Seseorang pak," jawab si manager.

Singkat cerita Ia pun datang bersama keluarga memenuhi undangan makan malam. Lalu ia bertanya kepada pramusaji "Maaf mas, sebenarnya siapa yang mengundang kami kesini? Mana ya orangnya?". Saya tidak tahu pak, Silakan duduk dulu pak saya nanti saya tanyakan ke bagian front office.

Tak lama pramusaji datang kembali Pramu saji tersebut menjelaskan bahwa tempat dan menu ini sudah dipesan beberapa pekan yang lalu namun pramusaji menegaskan kami untuk tenang karena semua sudah di bayar oleh si pemesan.

Pramu saji pun mohon maaf karena ternyata front office sudah berusaha menghubungi si pemesan namun tidak berhasil. Si anak, istri dan keluarganya pun semakin heran. Ditengah keheranan nya keluarga tersebut mendengar nama pemesan adalah nama yang sangat tidak asing di telinga keluarga bahkan si anak.

Nama pemesannya adalah Ibunda tercinta yang telah wafat namun sudah memesan menu, tata letak persis seperti pertemuan makan malam terakhir mereka.

Jadi, pembaca sekalian, jadilah kita manusia yang hidup – bukan bangkai hidup. Wassalam

Semoga Allah ta'ala mengampuni & melindungi orang tua kita, dan Dia memberi kekuatan kepada kita untuk berbakti kepada mereka dengan ilmu

Dikutip dari: dakwah post

Sabtu, 17 Maret 2018

🔟‌🇵‌🇷‌🇮‌🇳‌🇸‌🇮‌🇵 ‌🇲‌🇪‌🇷‌🇦‌🇮‌🇭 ‌🇮‌🇸‌🇹‌🇮‌🇶‌🇴‌🇲‌🇦‌🇭



KAIDAH PERTAMA 
[ 3 - Lanjutan ]

Sejumlah ulama mengatakan : "Selayaknya bagi orang-orang awam untuk memperhatikan doa ini, yaitu manakala dia mengucapkan : 
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ
" Tunjukilah kami jalan yang lurus."

Bahwa Anda sedang menyeru (berdoa) kepada Allâh dengan doa ini, yang Allâh wajibkan membacanya setidaknya 17x dalam sehari semalam sebanyak jumlah rakaat sholat wajib. 

Karena itulah hendaknya setiap muslim berusaha menghadirkan perasaan -saat membacanya- bahwa ayat ini adalah doa.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullâhu berkata : "Saya berupaya melakukan kontemplasi tentang doa yang paling bermanfaat, dan ternyata doa tersebut adalah meminta pertolongan di atas keridhaan-Nya. 

Kemudian kuperhatikan doa ini ada di dalam surat al-Fatihah, tepatnya di dalam ayat :

إِيَّاكَ نَعۡبُدُ وَإِيَّاكَ نَسۡتَعِينُ
" Hanya kepada-Mu semata kami menyembah dan hanya kepada-Mua kami memohon pertolongan"  

Lalu beliau berkata : "Seorang hamba diperintahkan untuk menyenantiasakan berdoa kepada Allâh meminta hidayah agar bisa istiqomah."  

Untuk itulah Anda dituntut untuk juga menyenantiasakan membaca doa ini, yaitu berdoa kepada Allâh memohon hidayah kepada-Nya agar bisa istiqomah, dan doa ini ada di dalam surat al-Fâtihah.

Adalah Imam al-Hasan al-Bashrî Rahimahullâhu apabila beliau membaca firman Allâh ﷻ :

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ

" Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Rabb kami adalah Allâh kemudian mereka beristiqomah..." (QS al-Ahqâf : 13)

Beliau Rahimahullâhu berdoa : " Ya Allâh, Engkaulah Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istiqomah."  

[ bersambung Insyaa Allah ] 

-----------------------------------
🔍Dicuplik dari Ebooks berjudul : " 10 PRINSIP MERAIH ISTIQOMAH " karya Prof Dr Abdurrazzaq al-Badr.

Dialihbahasakan oleh Abu Salma Muhammad.
-------------------------------------
✍@abinyasalma 

✉Grup WhatsApp Al-Wasathiyah Wal I'tidål
♻Telegram:  https://bit.ly/abusalma 
🌐 Blog : alwasathiyah.com

Selasa, 13 Maret 2018

Kisah Sakaratul Maut Pemuda Berbakti

Ini adalah kisah sakaratul maut yang begitu berkesan dari seorang pemuda yang begitu berbakti pada orang tuanya. Yang begitu mengagumkan kita, ketika ia ingin dipanggil oleh bidadari surga menjelang kematiannya, ia pun masih meminta izin pada ibunya. Bagaimana baktinya yang luar biasa ?

Sebuah kisah yang menggugah hati setiap insan beriman, tentang balasan nan indah bagi seorang anak yang berbakti kepada ibunya. Membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Bergetarlah hati setiap orang beriman yang menyaksikannya.

Dalam salah satu khutbahnya,

Syaikh Muhammad Hassan menceritakan tentang keajaiban yang dialami seorang pemuda saat detik-detik sakaratul maut menjemputnya. Tidak asing lagi bagi siapa pun yang mengenalnya bahwa ia adalah potret pemuda masa kini yang amat cinta dan berbakti kepada ibundanya.

Di antara keajaiban yang sampai kepadaku pada Ramadhan kali ini adalah kisah tentang seorang anak muda di antara anak-anak muda kita. Sesosok pemuda yang sangat berbakti kepada ibunya terbaring di atas kasur kematian pada usia keemasannya, yang belum genap tiga puluh tahun. Dalam kegentingan akhir hayatnya itu, tatkala detik-detik sakaratul maut menjemputnya, orang-orang yang ada di sekelilingnya terheran-heran saat mendengar ia mengucapkan kalimat-kalimat yang sangat menakjubkan. Sungguh, sangat menakjubkan!

"Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku!"

Masih saja pemuda tersebut mengulang-ulang kalimat yang sama. Hingga membuat mereka yang menyaksikan fenomena itu bergegas memanggil ibunya, yang sedari awal menyendiri dalam kamarnya, menangis, lantaran tak kuasa melihat sang buah hati menghadapi sakaratul maut. Tidak lain karena sang buah hati adalah sosok suri tauladan yang amat berbakti kepada ibunya. Mereka pun mengabarkan apa yang sedang terjadi dengan anaknya.

"Lihatlah anakmu, ia terus-menerus mengucapkan kalimat-kalimat yang aneh!"

Mendengar hal itu, sontak sang ibu yang cemas berlari menuju kamar anaknya. Didapatinya dahi sang anak mulai mengeluarkan buliran-buliran keringat bak mutiara. Dan ini adalah sebagian di antara tanda-tanda husnul khotimah, semoga Allah Ta'ala mewafatkan kita dalam keadaan beriman. Ia dengarkan sendiri kalimat yang terus diulang-ulang oleh buah hatinya.

"Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku!"

Segera ia dekati buah hatinya. Dan Subhanallah, ia segera bertanya kepada anak kesayangannya :

"Wahai fulan, ini aku, ibumu. Wahai fulan, aku ibumu, Nak. Aku ibumu, anakku. Dengan siapa kau bicara?"

Ketika ajal yang kian dekat, di saat waktu yang demikian singkat itu, akhirnya sang pemuda shalih ini menceritakan peristiwa paling berkesan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya selama hidupnya. Ia pun menoleh kepada ibunya seraya berkata :

"Wahai ibuku, seorang gadis sangat cantik jelita, Ibu. Belum pernah aku melihat gadis secantik itu. Ia datang kemari. Sungguh aku melihatnya persis di hadapanku. Ia datang melamarku untuk dirinya, Ibu. Aku bilang kepadanya, tidak. Aku tidak bisa sampai aku minta izin dulu kepada ibuku."

Maka sang ibu pun langsung menimpali : "Aku izinkan, anakku. Sungguh, dia adalah hurriyatun (bidadari) dari surga untukmu. Aku sudah izinkan, Nak."

Sedemikian tinggi inikah derajatmu wahai pemuda? Hingga istrimu (di surga) datang kepadamu membawa kabar gembira, sementara dirimu masih ada di dunia ?

Janganlah kalian kaget. Tidak perlu kalian semua heran, karena dalam kondisi seperti ini, seorang mukmin akan diperlihatkan tempat tinggalnya di surga dan di neraka. Ia akan melihat tempatnya di sisi Allah 'Azza wa Jalla. Bahkan ia akan melihat para malaikat-Nya. Ia benar-benar melihat malaikat dengan mata kepalanya. Ia pun akan mendengar sebuah bisyarah (kabar gembira).

Dan Maha Benar Allah Ta'ala yang berfirman :

"Sesungguhnya orang-orang yang berkata Rabb kami adalah Allah, kemudian mereka beristiqomah dengannya, maka para Malaikat akan turun kepadanya seraya berkata : "Janganlah kalian takut"

Di mana kejadian itu ? Di atas kasur ketika mereka akan meninggal, menurut salah satu pendapat. Atau tatkala mereka keluar dari alam kubur, sebagaimana pendapat yang lain dari para ulama tafsir. "Janganlah kalian takut dan jangan pula bersedih. Berbahagialah kalian dengan surga yang telah dijanjikan untuk kalian." [Qs.Fushilat : 30]

(Khutbah Syaikh Muhammad Hassan)D\

Dikutip dari Madinatul Quran

Senin, 12 Maret 2018

Memanfaatkan Waktu Mulia Antara Maghrib Dan Isya



Waktu antara maghrib dan isya', menurut para ulama, adalah waktu utama untuk ibadah. As-Sayid Abu Bakar bin As-Sayid Muhammad Syatha Al-Makki Ad-Dimyathi dalam kitab Kifayatul Atqiya' wa Minhajul Ashfiya' menulis, "Waktu ini termasuk semulia-mulia dan seutama-utama waktu. Maka sangat dianjurkan untuk menghidup-hidupkannya dengan amal-amal taat dan menjauhi hal-hal tak berguna serta hal-hal yang dapat menyebabkan kita terlupa akan Allah." 

Sedang Habib Abdullah Al-Haddad dalam kitabnya An-Nashaihud Diniyah mengatakan, "Di antara amal-amal yang sangat disunnahkan ialah menghidup-hidupkan waktu antara salat maghrib dan isya' dengan salat — dan ini yang paling utama –, dengan membaca Quran dan zikir pada Allah – entah itu tasbih, tahlil dan semacamnya."

Waktu maghrib hingga isya' memang utama untuk ibadah. Manakala mendengar azan maghrib, jawablah. Kemudian bacalah doa azan, diteruskan dengan mengucapkan kata-kata berikut ini:

اَللَّهُمَّ هَذَا إِقْباَلُ لَيْلِكَ وَ ِإدْباَرُ نَهَارِكَ وَ أَصْوَاتُ دُعَاتِكَ فَاغْفِرْ ليِ
"Ya Allah, ini adalah kedatangan malam-Mu dan kepergian siang-Mu serta suara-suara para pendoa pada-Mu, maka ampunilah aku."

Setelah itu, segeralah salat maghrib karena waktu maghrib sangat pendek. Paling pendek di antara waktu-waktu salat lainnya. Yaitu hanya sekitar 1 jam karena waktu maghrib berakhir dengan tenggelamnya mega merah, atau saat datangnya salat isya'. Demikian menurut pendapat yang kuat.

Karena waktu maghrib yang pendek pula, maka kita dianjurkan untuk membaca surah-surah pendek dalam salat maghrib, seperti dicontohkan Rasulullah SAW. Begitulah dalam hadis yang dituturkan oleh Abu Hurairah RA (riwayat Ahmad dan An-Nasai) Sedang Ibnu Umar RA menuturkan bahwa Nabi SAW membaca surah Al-Kafirun pada rakaat pertama salat maghrib dan surah Al-Ikhlas pada rakaat kedua. 

Habib Abdullah Al-Haddad telah menyusun tertib bacaan surah dalam salat maghrib selama seminggu. Yaitu: Al-Kafirun-Al-Ikhlas pada malam Jumat dan malam Selasa, Al-Falaq-An-Nas pada malam Sabtu dan malam Rabu, Al-Fil–Al-Quraisy pada malam Ahad, Al-Ma'un-Al-Kautsar pada malam Senin dan malam Kamis.

Selepas salat baca istighfar tiga kali, diteruskan dengan membaca:

لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيرٌ
"Tidak ada tuhan selain Allah, (Dia) Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya, hanya milik Dia kerajaan, dan hanya milik dia segala pujian, Dia menghidupkan dan mematikan, Dia Mahakuasa atas segala sesuatu."

Ini sesuai dengan anjuran Nabi SAW dalam hadis yang dituturkan oleh Abdur Rahman bin Ghunmin berikut ini:

مَنْ قَالَ قَبْلَ اَنْ يَنْصَرِفَ وَيُثْنِي رِجْلَهُ مِنْ صَلاَةِ اْلمَغْرِبِ وَالصُّبْحِ لاَ إِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ. لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ بِيَدِهِ اْلخَيْرُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلىَ كُلَِ شَيْءٍ قَدِيرٌ عَشْرَ مَرَّاتٍ كُتِبَ لَهُ بِكُلِّ وَاحِدَةٍ عَشْرُ حَسَنَاتٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئاَتٍ وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ وَكَانَتْ حِرْزًا مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ وَحِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
"Barangsiapa, sebelum beranjak (dari tempat salat) sementara kakinya masih melipat (seperti tahiyat akhir) dari salat maghrib dan subuh, mengucapkan "La ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku, wa lahul hamdu wa huwa 'ala kulli sya'in qadir," sebanyak sepuluh kali, maka bagi tiap-tiap satu bacaan ditulis untuknya sepuluh kebajikan, dihapus untuknya sepuluh kejelekan (dosa) dan diangkat untuknya sepuluh derajat. Bacaan itu juga bakal menjadi tameng terhadap segala hal yang tidak menyenangkan, tameng pula terhadap syetan yang terlaknat." (riwayat Ahmad).

Selanjutnya ucapkan doa berikut sebanyak tujuh kali (dan Anda masih di tempat Anda tanpa mengubah posisi duduk):

اَللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنَ الناَّرِ
" Ya Allah, selamatkan aku dari neraka." 

Dalam satu hadis Nabi SAW dituturkan berbisik kepada Muslim bin Harts At-Tamimi: 

إِذَا انْصَرَفْتَ مِنْ صَلاَةِ اْلمَغْرِبِ فَقُلْ اَللَّهُمَّ أَجِرْنيِ مِنَ النَّارِ سَبْعَ مَرَّاتٍ فَإِنَّكَ إِذاَ قُلْتَ ذَلِكَ ثُمَّ مُتَّ فِي لَيْلَتِكَ كُتِبَ لَكَ جِوَارً مِنْهاَ وَإِذَا صَلَّيْتَ الصُّبْحَ فَقُلْ كَذَلِكَ فَإِنَّكَ إِنْ مُتَّ فِي يَوْمِكَ كُتِبَ لَكَ جِوَارٌ مِنْهَا أَخْبَرَنيِ أَبُو سَعِيد عَنِ الحَارِث أَنَّّهُ قاَلَ أَسَرَّهَا إِلَيْناَ رَسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَنَحْنُ نَخَصُّ بِهَا إِخْوَانَناَ
"Bila kamu rampung dari salat maghrib, ucapkan "Allahumma ajirni minan nar" tujuh kali. Sebab, kalau kamu mengucapkan itu dan kamu mati pada malam itu, maka wajib untukmu selamat dari neraka. Jika kamu (selesai) salat subuh, ucapkan itu seperti tadi (tujuh kali). Sebab, kalau kamu mati pada hari itu, maka wajib bagimu selamat dari neraka." Abu Sa'id lalu mengutip kata-kata Harits, "Karena Rasulullah SAW berbisik pada kami, maka kami hanya bercerita pada kawan-kawan kami." (riwayat Abu Dawud).

Selanjutnya Anda membaca wirid sehabis salat, sebagaimana pada salat-salat lain, yaitu dimulai dengan membaca:

اَللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَ إِلَيْكَ يَعُودُ السَّلاَمُ فَحَيِّناَ رَبَّناَ بِالسَّلاَمِ تَباَرَكْتَ رَبَّناَ وَتَعَالَيْتَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَاْلِإكْرَامِ اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ رَادَّ لِماَ قَضَيْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا اْلجَدِّ مِنْكَ اْلجَدُّ اَللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلىَ ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِباَدَتِكَ
" Ya Allah, Engkau Mahaselamat (dari kekurangan), dari-Mu keselamatan, kepadamu kembali keselamatan, maka hidupkanlah kami, wahai Tuhan kami, dengan keselamatan, Mahasuci Engkau Tuhan kami, wahai Pemilik keagungan dan kemuliaan. Ya Allah, tidak satu pun bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah. Tidak ada yang bisa menolak apa yang Engkau tetapkan. Tidak akan kekayaan dari-Mu bermanfaat bagi pemilik kekayaan (tetapi yang bermanfaat hanyalah iman dan ketaatan). Ya Allah, bantulah aku untuk berzikir pada-Mu, bersyukur pada-Mu dan untuk beribadah pada-Mu.

Diteruskan dengan membaca hamdalah 33 kali, tasbih 33 kali dan takbir 33 kali, lalu disempurnakan dengan membaca:

لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ, لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيرٌ
Dengan demikian, seluruhnya menjadi 100 kali. Setelah itu Anda memanjatkan doa, dengan lafal Anda sendiri atau dengan lafal doa selepas salat 

Selanjutnya Anda membaca istighfar berikut tiga kali: 

أَسْتَغْفِرُ اللهَ اْلعَظِيمَ َالَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ اْلحَيُّ اْلقَيُّومُ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
"Aku memohon ampun pada Allah yang Mahaagung, yang tidak ada tuhan selain Dia, yang Mahahidup dan Mahaberjaga, serta aku bertobat pada-Nya."

Sekarang, berdirilah untuk salat sunnah sunnah ba'diyah sebanyak dua rakaat. Selepas salat, ucapkan doa berikut tiga kali:

ياَ مُقَلِّبَ اْلقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلىَ دِيْنِكَ
"Wahai Sang Pembolak-balik hati, tetapkan hatiku pada agama-Mu."

Setelah itu, lakukan salat sunnah awwabin. Salat ini sangat besar keutamaannya, sebagaimana dalam sabda Nabi SAW:

مَنْ صَلىَّ بَعْدَ اْلمَغْرِبِ سِتَّ رَكَعاَتٍ لَا يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِكَلاَمٍ عَدَلَنْ لَهُ اِثْنتَيَ عَشَرةَ سَنَةٍ
"Barangsiapa salat enam rakaat seusai salat maghrib, di mana antara satu salat dan lainnya tidak dipisahkan dengan berkata-kata, maka itu sama dengan ibadah dua belas tahun."

Diriwayatkan pula bahwa beliau bersabda, "Barangsiapa salat dua puluh rakaat setelah salat maghrib, Allah akan membangunkan untuknya rumah di surga."

Salat awwabin boleh dilakukan sebanyak dua rakaat, empat rakaat atau enam rakaat. Enam rakaat adalah jumlah terbanyak menurut kebanyakan ulama. Namun, ulama lain berpendapat, jumlah maksimumnya 20 rakaat, sebagaimana dalam hadis di atas.

Kalau Anda memilih enam rakaat, Anda boleh melakukannya dengan tiga kali salam, masing-masing dengan dua rakaat. Atau, boleh pula dengan cara Al-Habib Thahir bin Husain bin Thahir. Yaitu dua kali salam. Yang pertama adalah dua rakaat, dan sehabis salat, angkat kedua tangan dan ucapkan doa berikut tiga kali dengan hati yang hadir:

اَللَّهُمَّ إِنيِّ أَسْتَوْدِعُكَ إِيمَانِي فِي حَياَتيِ وَ عِنْدَ مَمَاتِي وَ بَعْدَ مَمَاتيِ ، فاَحْفَظْهُ عَلَيَّّ إِنَّكَ عَلىَ كُلِّ شَيْئٍ قَدِيرٌ
"Ya Allah, aku titipkan pada-Mu imanku selama hidupku, ketika matiku dan setelah matiku, maka jagalah imanku pada diriku, sungguh Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."

Kemudian Anda berdiri lagi untuk melakukan salat sunnah awwabin sebanyak empat rakaat sekaligus. Sesudah itu Anda boleh membaca wirid sebagaimana wirid selepas salat subuh. 

Dianjurkan pula untuk membaca Al-Quran, khususnya surah-surah Alif-lam-mim Sajadah, Ad-Dukhan, Al-Waqi'ah, Tabarak, Al-A'la, Az-Zilzal, At-Takatsur, Al-Quraisy, Al-Kafirun, An-Nashr, Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. Setelah membaca surah-surah ini, ucapkan doa berikut:

اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِينَ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ , اَللَّهُمَّ أَثِبْنِي ِبمَحْضِ فَضْلِكَ وَ جُودِكَ وَ كَرَمِكَ عَلىَ مَا قَرَأْتَهُ أَوْ سَبَّحْتَهُ أَوْ هَلَّلْتَهُ أَوْ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلىَ حَسْبِ اْلوَاِقعِ وَ أَوْصِلِ الَّلهُمَّ ذَلِكَ الثَّوَابَ إِلىَ حَضْرَةِ سَيِّدِناَ رَسُولِ اللهِ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه و سلم وَ آلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَائِرِ اْلأَنْبِياَءِ وَ اْلمُرْسَلِينَ وَ عِبَادِ اللهِ الصَّالحِيِنَ وَ وَالِدِيناَ وَ أَوْلاَدِناَ وَ إِخْوَانِناَ وَ أَخْوَاتِناَ وَ أَعْمَامِناَ وَ عَماَّتِناَ وَ أَخْوَالِناَ وَ خاَلاَتنِاَ وَ مَشاَيِخِناَ وَ أَصْحَابِناَ وَ أَزْوَاجِناَ وَ مَحَابِّناَ وَ أَهْلِ وُدِّناَ وَ وُدِّ آباَئِنَا وَ ذَوِي الْحُقُوقِ عَلَيْناَ وَ مَنْ أَوْصاَناَ بِالدُّعَاءِ وَ مَنْ أَحْسَنَ إِلَينَا وَ مَنْ ظَلَمْناَهُ أَوْ أَسَاءْناَ إِلَيهِ وَ أَحاَطَتْ بِهِ شَفَقَةُ قُلُوبِناَ وَ جَمِيعِ اْلمُسْلِمِينَ وَ الْمُسْلِماَتِ , اَللَّهُمَّ اْجعَلْهُ فِداَءً لَهُمْ مِنَ النَّارِ, اَللَّهُمَّ اْجعَلْهُ فِكاَكاً لَهُمْ مِنَ النَّارِ , وَ اْغفِرْ لَهُمْ وَ ارْحَمْهُمْ وِ اجْمَعْنَا وَ إِياَّهُمْ فِي دَارِ كَرَامَتِكَ وَ مُسْتَقَرِّ رَحْمَتِكَ مَعَ عِباَدِكَ الصَّالِحِينَ وَ حِزْبِكِ اْلمُفْلِحيِنَ , اَللَّهُمَّ اْفعَلْ بِي وَ بِهِمْ عَاجِلاً وَ آجِلاً فِي الدِّينِ وَ الدُّنْياَ وَ اْلآخِرَةِ مَا أَنْتَ لَهُ أَهْلٌ إِنَّكَ غَفُورٌ حَلِيمٌ جَوَّادٌ كَرِيمٌ رَؤُوفٌ رَحِيمٌ
"Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Ya Allah, berilah rahmat dan keselamatan pada junjungan kami Muhammad, keluarga dan sahabat-sahabatnya. Ya Allah, berilah aku pahala dengan semurni kemurahan-Mu atas apa yang telah aku baca, aku bertasbih, aku bertahlil atau aku bersadaqah dengannya sesuai dengan kenyataan. Sampaikanlah, ya Allah, pahala tadi ke hadirat junjungan kami Muhammad s.a.w., keluarga dan sahabat-sahabatnya, para nabi yang lain, para rasul yang lain, hamba-hamba yang saleh, orangtua-orangtua kami, anak-anak kami, saudara-saudara kami, paman-paman kami, bibi-bibi kami, guru-guru kami, teman-teman kami, istri-istri kami, kekasih-kekasih kami, orang-orang yang kami dan orangtua kami cintai, orang-orang yang memiliki hak tanggungan atas kami, orang-orang yang bermurah hati pada kami dengan doa, orang-orang yang berbuat baik pada kami, orang yang telah kami zhalimi atau kami sakiti sementara rasa kasih hati kami meliput padanya, juga kepada semua orang muslim lelaki dan perempuan. Ya Allah, jadikanlah pahala itu sebagai tebusan dan pembebas bagi mereka dari neraka. Ampunilah mereka, rahmatilah mereka, kumpulkan kami dengan mereka di daerah kehormatan-Mu dan tempat bersemayam rahmat-Mu (sorga), bersama-sama hamba-hamba-Mu yang saleh dan golongan-Mu yang beruntung. Ya Allah, perbuatlah pada kami dalam jangka pendek dan jangka panjang di dalam agama, dunia dan akhirat, sesuatu yang pantas bagi-Mu dan jangan perbuat pada kami, wahai Tuhan kami, apa yang kami pantas mendapatkannya. Sungguh Engkau Mahapengampun, Mahapenyabar, Mahapemurah dan Mahakasih. 



Al Habib Hamid Bin Ahmad

Sumber :

Jumat, 02 Maret 2018

Doa Memohon Petunjuk