Blunder, Jika SBY Depak PKS


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai melakukan blunder jika mengeluarkan PKS dari koalisi. Lantaran, PKS sebagai partai ideologis memiliki basis partai yang kuat di kalangan terpelajar.

Pengamat politik dari Reform Institute, Yudi Latif mengatakan, jika PKS jadi dikeluarkan dari koalisi maupun menterinya di reshuffle, maka hal itu merupakan kekalahan telak bagi PKS. 

"Saya pikir PKS tidak mau harga dirinya dijatuhkan seperti itu, dan lebih baik mereka keluar. Ini yang mesti diperhitungkan oleh SBY," tuturnya kepada wartawan di DPR, Jumat (4/3/2011).

Yudi mengatakan, sebenarnya basis dukungan PKS yang berada di kalangan terpelajar yakni di kampus-kampus menginginkan PKS berada di luar pemerintahan. "Saya pikir kalangan kampus dari PKS seperti BEM dan KAMMI akan kembali bergeliat di jalanan," bebernya.

Pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Bachtiar Effendi menyatakan, tidak ada jaminan jika PKS dikeluarkan dari pemerintahaan kondisinya akan lebih baik. 

"Saya yakin PKS akan lebih galak (kalo di luar kabinet, red). Mereka bisa bergabung dengan politisi muda PDIP, Hanura, dan Golkar," Katanya Ahad (6/3/2011). Ia menambahkan, di DPR akan muncul lagi "Koboi Senayan" seperti pada era Gus Dur.

Selain itu, lanjutnya, tidak ada jaminan jika Gerindra menggantikan posisi PKS pemerintahan akan lebih efektif, bahkan bisa lebih sulit. Bachtiar mengingatkan, SBY harus memperjelas terlebih dulu alasannya mengeluarkan PKS dari koalisi.

"Dikeluarkannya PKS, apakah karena PKS tidak setuju dengan kebijakan SBY tentang angket, atau karena merasa sudah tidak cocok lagi. Ini harus dijelaskan terlebih dulu," tegasnya.

Jika alasannya, karena PKS menyetujui angket, kata Bachtiar, mengapa SBY tidak bersikap yang sama terhadap Golkar? "Apakah karena PKS kecil sehingga SBY berani, tapi tidak berani ke Golkar karena besar," tandasnya.

Sementara itu, pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bhakti mengatakan, PKS merupakan partai pertama yang mendukung pencalonan SBY. "Jika mencampakkan PKS, SBY bisa kualat," tegasnya.

Sedangkan pengamat politik Siti Zuhro memperingatkan agar SBY tidak terburu-buru mengeluarkan PKS dari koalisi. Menurutnya, kekuatan politik PKS tidak bisa dipandang sebelah mata. 

"Bisa jadi, pemerintahan SBY-Budiono terhenti di tengah jalan. Ini terjadi jika pemerintahaan SBY terus dikritik di parlemen, media massa, dan demonstrasi di jalanan, sehingga akan mempengaruhi publik," kata Siti.

Apalagi, tambahnya, jika kubu oposisi yang saat ini diisi PDI-P ikut bergabung ke dalam barisan PKS dan Golar.

Sumber : Republika


--------------------------------------------------------------
Praise be to Allah Lord of the Worlds 
Peace and blessings of Allah be upon His Messenger Muhammad

Komentar