Penyembelihan secara Syari’at Islam  yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara  Barat (dengan pemingsanan)?

Sharing dari mailist agro

2013/1/14: Aly Hasny

 Just sharing, semoga dihari yang mendatang akan lebih banyak timbul
 tentang kebenaran islam yang dibuktikan oleh ilmu pengetahuan modern..
 Semoga bermanfaat.

 Di bawah ini adalah tulisan yang
 disadur dan diringkas oleh Usman Effendi AS.,dari makalah tulisan Nanung
 Danar Dono, S.Pt., M.P., Sekretaris Eksekutif LP.POM-MUI Propinsi DIY
 dan Dosen Fakultas Peternakan UGM Yogyakarta:

 Melalui penelitian ilmiah yang dilakukan oleh dua staf ahli peternakan
 dari Hannover University , sebuah universitas terkemuka di Jerman.
 Yaitu: Prof.Dr. Schultz dan koleganya, Dr. Hazim. Keduanya memimpin satu
 tim penelitian terstruktur untuk menjawab pertanyaan: manakah yang
 lebih baik dan paling tidak sakit, penyembelihan secara Syari'at Islam
 yang murni (tanpa proses pemingsanan) ataukah penyembelihan dengan cara
 Barat (dengan pemingsanan)?

 Keduanya merancang penelitian sangat canggih, mempergunakan sekelompok
 sapi yang telah cukup umur (dewasa). Pada permukaan otak kecil sapi-sapi
 itu dipasang elektroda (microchip) yang disebut Electro-Encephalograph
 (EEG). Microchip EEG dipasang di permukaan otak yang menyentuh titik
 (panel) rasa sakit di permukaan otak, untuk merekam dan mencatat derajat
 rasa sakit sapi ketika disembelih. Di jantung sapi-sapi itu juga
 dipasang Electro Cardiograph (ECG) untuk merekam aktivitas jantung saat
 darah keluar karena disembelih.

 Untuk menekan kesalahan, sapi dibiarkan beradaptasi dengan EEG maupun
 ECG yang telah terpasang di tubuhnya selama beberapa minggu. Setelah
 masa adaptasi dianggap cukup, maka separuh sapi disembelih sesuai dengan
 Syariat Islam yang murni, dan separuh sisanya disembelih dengan
 menggunakan metode pemingsanan yang diadopsi Barat.

 Dalam Syariat Islam, penyembelihan dilakukan dengan menggunakan pisau
 yang tajam, dengan memotong tiga saluran pada leher bagian depan, yakni:
 saluran makanan, saluran nafas serta dua saluran pembuluh darah,
 yaitu: arteri karotis danvena jugularis.

 Patut pula diketahui, syariat Islam tidak merekomendasikan metoda atau
 teknik pemingsanan. Sebaliknya, Metode Barat justru mengajarkan atau
 bahkan mengharuskan agar ternak dipingsankan terlebih dahulu sebelum
 disembelih.

 Selama penelitian, EEG dan ECG pada seluruh ternak sapi itu dicatat
 untuk merekam dan mengetahui keadaan otak dan jantung sejak sebelum
 pemingsanan (atau penyembelihan) hingga ternak itu benar-benar mati.
 Nah, hasil penelitian inilah yang sangat ditunggu-tunggu!

 Dari hasil penelitian yang dilakukan dan dilaporkan oleh Prof. Schultz
 dan Dr. Hazim di Hannover University Jerman itu dapat diperoleh beberapa
 hal sbb.:

 Penyembelihan Menurut Syariat Islam

 Hasil penelitian dengan menerapkan praktek penyembelihan menurut Syariat
 Islam menunjukkan:

 Pertama

 pada 3 detik pertama setelah ternak disembelih (dan ketiga saluran pada
 leher sapi bagian depan terputus), tercatat tidak ada perubahan pada
 grafik EEG. Hal ini berarti bahwa pada 3 detik pertama setelah
 disembelih itu, tidak ada indikasi rasa sakit.

 Kedua

 pada 3 detik berikutnya, EEG pada otak kecil merekam adanya penurunan
 grafik secara bertahap yang sangat mirip dengan kejadian deep sleep
 (tidur nyenyak) hingga sapi-sapi itu benar-benar kehilangan kesadaran.
 Pada saat tersebut, tercatat pula oleh ECG bahwa jantung mulai meningkat
 aktivitasnya.

 Ketiga

 setelah 6 detik pertama itu, ECG pada jantung merekam adanya aktivitas
 luar biasa dari jantung untuk menarik sebanyak mungkin darah dari
 seluruh anggota tubuh dan memompanya keluar. Hal ini merupakan refleksi
 gerakan koordinasi antara jantung dan sumsum tulang belakang (spinal
 cord). Pada saat darah keluar melalui ketiga saluran yang terputus di
 bagian leher tersebut, grafik EEG tidak naik, tapi justru drop (turun)
 sampai ke zero level (angka nol). Hal ini diterjemahkan oleh kedua
 peneliti ahli itu bahwa: "No feeling of pain at all!" (tidak ada rasa
 sakit sama sekali!).

 Keempat

 karena darah tertarik dan terpompa oleh jantung keluar tubuh secara
 maksimal, maka dihasilkan healthy meat (daging yang sehat) yang layak
 dikonsumsi bagi manusia. Jenis daging dari hasil sembelihan semacam ini
 sangat sesuai dengan prinsip Good Manufacturing Practise (GMP) yang
 menghasilkan Healthy Food.

 Penyembelihan Cara Barat

 Pertama

 segera setelah dilakukan proses stunning (pemingsanan), sapi terhuyung
 jatuh dan collaps (roboh). Setelah itu, sapi tidak bergerak-gerak lagi,
 sehingga mudah dikendalikan. Oleh karena itu, sapi dapat pula dengan
 mudah disembelih tanpa meronta-ronta, dan (tampaknya) tanpa (mengalami)
 rasa sakit. Pada saat disembelih, darah yang keluar hanya sedikit, tidak
 sebanyak bila disembelih tanpa proses stunning (pemingsanan).

 Kedua

 segera setelah proses pemingsanan, tercatat adanya kenaikan yang sangat
 nyata pada grafik EEG. Hal itu mengindikasikan adanya tekanan rasa sakit
 yang diderita oleh ternak (karena kepalanya dipukul, sampai jatuh
 pingsan).

 Ketiga

 grafik EEG meningkat sangat tajam dengan kombinasi grafik ECG yang drop
 ke batas paling bawah. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan rasa
 sakit yang luar biasa, sehingga jantung berhenti berdetak lebih awal.
 Akibatnya, jantung kehilangan kemampuannya untuk menarik dari dari
 seluruh organ tubuh, serta tidak lagi mampu memompanya keluar dari
 tubuh.

 Keempat

 karena darah tidak tertarik dan tidak terpompa keluar tubuh secara
 maksimal, maka darah itu pun membeku di dalam urat-urat darah dan
 daging, sehingga dihasilkan unhealthy meat (daging yang tidak sehat),
 yang dengan demikian menjadi tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia.
 Disebutkan dalam khazanah ilmu dan teknologi daging, bahwa timbunan
 darah beku (yang tidak keluar saat ternak mati/disembelih) merupakan
 tempat atau media yang sangat baik bagi tumbuh-kembangnya bakteri
 pembusuk, yang merupakan agen utama merusak kualitas daging.

 Bukan Ekspresi Rasa Sakit!

 Meronta-ronta dan meregangkan otot pada saat ternak disembelih ternyata
 bukanlah ekspresi rasa sakit! Sangat jauh berbeda dengan dugaan kita
 sebelumnya! Bahkan mungkin sudah lazim menjadi keyakinan kita bersama,
 bahwa setiap darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka, pastilah
 disertai rasa sakit dan nyeri. Terlebih lagi yang terluka adalah leher
 dengan luka terbuka yang menganga lebar…!

 Hasil penelitian Prof. Schultz dan Dr. Hazim justru membuktikan yang
 sebaliknya. Yakni bahwa pisau tajam yang mengiris leher (sebagai syariat
 Islam dalam penyembelihan ternak) ternyata tidaklah 'menyentuh' saraf
 rasa sakit. Oleh karenanya kedua peneliti ahli itu menyimpulkan bahwa
 sapi meronta-ronta dan meregangkan otot bukanlah sebagai ekspresi rasa
 sakit, melainkan sebagai ekspresi 'keterkejutan otot dan saraf' saja
 (yaitu pada saat darah mengalir keluar dengan deras). Mengapa demikian?
 Hal ini tentu tidak terlalu sulit untuk dijelaskan, karena grafik EEG
 tidak membuktikan juga tidak menunjukkan adanya rasa sakit itu.

 Nah, jelas bukan, bahwa secara ilmiah ternyata penyembelihan secara
 syariat Islam ternyata lebih 'berperikehewanan'. Apalagi ditambah dengan
 anjuran untuk menajamkan pisau untuk mengurangi rasa sakit hewan
 sembelihan :

 "Sesungguhnya Allah menetapkan ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu.
 Maka jika kalian membunuh hendaklah kalian berbuat ihsan dalam membunuh,
 dan apabila kalian menyembelih, maka hendaklah berbuat ihsan dalam
 menyembelih. (Yaitu) hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan
 pisaunya agar meringankan binatang yang disembelihnya." (H.R. Muslim).

 sumber :
 http://hasbee.wordpress.com/2009/12/01/penyembelihan-menurut-syariah-vs-barat/

Allahumma shali ala Muhammad wa'ala alihi wa shohbihi wasalam.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Komentar